kulihat samar waktu adik menangis
merajuk meminta belai sayang
samar seperti dalam kelambu
kudengar adik merengek manja
tak tahan peluh yang membasah
dalam peluk sayang setengah hati
hanya kulihat dan kudengarkan
seperti fatamorgana
yang berlarian di jalan beraspal
semua kini telah berubah
ajari aku akan kasih sayang
sebagai tumpuan sepenuh hati
adik cantik yang selalu manis
tetap manis jangan menangis
aku ingin terang datang buatmu dariku
Minggu, 15 Agustus 2010
Selasa, 20 April 2010
Sebuah buku usang yang hampir penuh berisi tulisan tergeletak di meja, dekat jendela kamar tidur yang setengah terbuka. Angin sepoi-sepoi menyibak lembar demi lembar catatan keperihan hidup yang datang menerpa. Terngiang makian bapa waktu aku pergi ke bandung. Sumpah serapah akan ketidak pedulianku pada keluarga sampai tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Kini aku mempunyai segalanya, kekayaan, keluarga bahkan tinggal tunjuk saja apa yang ku inginkan sebentar akan tersedia.
Air mataku yang menetes di atas buku usang itu mengagetkan aku, masih ingat dalam benakku bapa menyuruhku jadi kuli cuci baju di rumah wak haji membantu ibu yang memang tak bisa berbuat banyak buat membantu bapa menambah penghasilan keluarga. sementara bapa hanya petani penggarap sawah wak haji yang sangat kaya.
Betapa marah bapa waktu aku putuskan untuk sekolah di bandung, aku dianggap penghianat keluarga, ah.. pikiranku masih menerawang jauh.
" astagfirullah" aku terkesiap, foto ibu yang kutaruh di sudut meja tersenggol lengan kiriku. kupandangi foto ibuku yang memang cantik semasa mudanya. cepat-cepat kuambil dan kumasukan ke tas kecilku bersama buku usang catatan harianku.
aku tak boleh berlama-lama karena bosku dikantor mengundangku makan malam.
Memang jabatan yang kini aku sandang cukup membuat karyawati yang lain iri, apalagi gajinya cukup menggiurkan.
Tiba-tiba hpku bergetar, tanda ada sms masuk. Tanpa menunggu lama kubuka sms itu, wah itu dari bos, pikirku.
Ya benar,bos mengirim sms isinya hampir membuat aku kecewa, tapi .. " Neng, malam ini makan malam kita batal, istriku sakit keras, hrs kbwa ke rs maaf, ardi, nanti kutelepon" kata-kata terakhir itu membuat aku segera mengambil inisiatif duluan, kucari nomor bosku dan langsung kupijit. " Ya Assalamu'alaikum" bosku menjawab. aku sedikit gugup karena pak ardi terlihat sangat terburu-buru. "neng nanti kutelepon lagi" bosku kembali menjawab telponku, "gimana pak??" aku sedikit salting, kudekatkan rapat-rapat nokia n73 kepunyaanku ketelingaku, aku tak mau pakai handfree takut kedengaran oranglain." udah gini aja neng, halo..halo" pak ardi meneruskan obrolannya di hp sambil memastikan aku tetap mendengarkan karena agak lama aku melamun. " ya halo, pak..", " iya neng, udah gini aja, besok neng ke kantor pagi-pagi, beresin segala barang-barang karena mulai besok neng jadi kepala cabang di indramayu.." mendengar nama kota itu jantungku berdetak kencang, kota yang meninggalkan kenangan pahit bersama keluargaku dulu " ya, pak terima..kasih" aku sedikit bergumam tanpa sadar kututup hpku menghentikan percakapanku dengan bosku.
15 tahun kota itu ku tinggalkan untuk mencapai cita-cita yang kuinginkan, kupastikan alamat kantor cabang yang baru di indramayu lewat personalia, tanpa pikir panjang kupastikan langkah kakiku menuju honda jazz merah kepunyaanku, rumah yang bertingkat 2 kubeli dengan hasil jerih payahku semasa kuliah sambil bekerja dulu kini harus kutinggalkan menuju kota kelahiranku, ya disana akan kutunjukan pada bapaku bahwa anak petani penggarap sawah pun mampu menjadi kepala kantor cabang perusahaan ternama di indonesia.
Aku ragu-ragu mengetuk pintu rumah berwarna hijau muda itu, 15 tahun sudah rumah itu kutinggalkan tapi tak ada yang berubah, aku sedikit khawatir ketika 2 kali ku ketuk pintu tetap tertutup rapat. Tiba-tiba kulihat seorang anak berumur sekitar kelas 3 sd berteriak-teriak " bu, ada tamu!, pake mobil bagus bu, cepet bu " aku menengok kanan kiri mencari mana yang dipanggil ibu olehnya. Lemas semua tulang-tulangku ketika kulihat sosok ibu, ya dia ibuku yang selalu memberikan kasih sayang untukku, kukejar perempuan tua yang sedang menjemur padi hasil panen di samping pekarangan rumah, kupeluk ibuku walaupun dia terheran-heran menatapku dan hampir tak mengenali siapa aku, sementara tetanggaku berdatangan mendengar jerit histeris dari mulutku tanpa kupedulikan kugoncangkan tubuh ibu yang berpeluhkeringat. "ini neng bu,anak ibu". "Neng..." ibuku menitikkan air mata haru, "mana bapa, bu?" "ayu masuk nok." ibuku tak menjawab pertanyaanku ia menyeretku duduk di kursi lapuk di ruang tamu.
Bapa sudah berdiri di depan pintu, rupanya nanang adiku mengabarkan kedatanganku pada bapak. Bapa menangis kudipeluknya kuat kuat, "maafkan bapa,neng.." pak lurah ikut datang, pa ustad nurdin guru ngajiku juga, disusul murni sahabatku senang mendengar aku datang, kami bersama dalam rasa haru yang begitu dalam.
Kujelaskan maksud kedatanganku pada keluarga kalau aku akan bekerja di kantor yang baru di kota itu. semua yang hadir berdecak kagum yang kuingat saat itu pak lurah berkata lirih kagum menatap wajahku dalam-dalam " Neng, kamulah kartini yang akan meneruskan cita-cita luhur pahlawan wanita indonesia, moga-moga kamu betah di sini" aku menunduk malu, aku tak sehebat ibu kartini, yang selalu harum namanya, aku tak sekokoh pendirian ibu emansipasi indonesia itu, aku hanya perempuan desa yang kebetulan bernasib baik, yang mempunyai niat mengangkat derajat keluarga, tapi aku bersyukur pada Allah aku kini menjadi perempuan pertama yang manjadi kepala cabang di daerahku, alhamdulillah hirobbil alamin. (cerita ini hanya cerita hayal, tentang nama dan tempat yang ada di cerita ini hanya kebetulan saja)
Air mataku yang menetes di atas buku usang itu mengagetkan aku, masih ingat dalam benakku bapa menyuruhku jadi kuli cuci baju di rumah wak haji membantu ibu yang memang tak bisa berbuat banyak buat membantu bapa menambah penghasilan keluarga. sementara bapa hanya petani penggarap sawah wak haji yang sangat kaya.
Betapa marah bapa waktu aku putuskan untuk sekolah di bandung, aku dianggap penghianat keluarga, ah.. pikiranku masih menerawang jauh.
" astagfirullah" aku terkesiap, foto ibu yang kutaruh di sudut meja tersenggol lengan kiriku. kupandangi foto ibuku yang memang cantik semasa mudanya. cepat-cepat kuambil dan kumasukan ke tas kecilku bersama buku usang catatan harianku.
aku tak boleh berlama-lama karena bosku dikantor mengundangku makan malam.
Memang jabatan yang kini aku sandang cukup membuat karyawati yang lain iri, apalagi gajinya cukup menggiurkan.
Tiba-tiba hpku bergetar, tanda ada sms masuk. Tanpa menunggu lama kubuka sms itu, wah itu dari bos, pikirku.
Ya benar,bos mengirim sms isinya hampir membuat aku kecewa, tapi .. " Neng, malam ini makan malam kita batal, istriku sakit keras, hrs kbwa ke rs maaf, ardi, nanti kutelepon" kata-kata terakhir itu membuat aku segera mengambil inisiatif duluan, kucari nomor bosku dan langsung kupijit. " Ya Assalamu'alaikum" bosku menjawab. aku sedikit gugup karena pak ardi terlihat sangat terburu-buru. "neng nanti kutelepon lagi" bosku kembali menjawab telponku, "gimana pak??" aku sedikit salting, kudekatkan rapat-rapat nokia n73 kepunyaanku ketelingaku, aku tak mau pakai handfree takut kedengaran oranglain." udah gini aja neng, halo..halo" pak ardi meneruskan obrolannya di hp sambil memastikan aku tetap mendengarkan karena agak lama aku melamun. " ya halo, pak..", " iya neng, udah gini aja, besok neng ke kantor pagi-pagi, beresin segala barang-barang karena mulai besok neng jadi kepala cabang di indramayu.." mendengar nama kota itu jantungku berdetak kencang, kota yang meninggalkan kenangan pahit bersama keluargaku dulu " ya, pak terima..kasih" aku sedikit bergumam tanpa sadar kututup hpku menghentikan percakapanku dengan bosku.
15 tahun kota itu ku tinggalkan untuk mencapai cita-cita yang kuinginkan, kupastikan alamat kantor cabang yang baru di indramayu lewat personalia, tanpa pikir panjang kupastikan langkah kakiku menuju honda jazz merah kepunyaanku, rumah yang bertingkat 2 kubeli dengan hasil jerih payahku semasa kuliah sambil bekerja dulu kini harus kutinggalkan menuju kota kelahiranku, ya disana akan kutunjukan pada bapaku bahwa anak petani penggarap sawah pun mampu menjadi kepala kantor cabang perusahaan ternama di indonesia.
Aku ragu-ragu mengetuk pintu rumah berwarna hijau muda itu, 15 tahun sudah rumah itu kutinggalkan tapi tak ada yang berubah, aku sedikit khawatir ketika 2 kali ku ketuk pintu tetap tertutup rapat. Tiba-tiba kulihat seorang anak berumur sekitar kelas 3 sd berteriak-teriak " bu, ada tamu!, pake mobil bagus bu, cepet bu " aku menengok kanan kiri mencari mana yang dipanggil ibu olehnya. Lemas semua tulang-tulangku ketika kulihat sosok ibu, ya dia ibuku yang selalu memberikan kasih sayang untukku, kukejar perempuan tua yang sedang menjemur padi hasil panen di samping pekarangan rumah, kupeluk ibuku walaupun dia terheran-heran menatapku dan hampir tak mengenali siapa aku, sementara tetanggaku berdatangan mendengar jerit histeris dari mulutku tanpa kupedulikan kugoncangkan tubuh ibu yang berpeluhkeringat. "ini neng bu,anak ibu". "Neng..." ibuku menitikkan air mata haru, "mana bapa, bu?" "ayu masuk nok." ibuku tak menjawab pertanyaanku ia menyeretku duduk di kursi lapuk di ruang tamu.
Bapa sudah berdiri di depan pintu, rupanya nanang adiku mengabarkan kedatanganku pada bapak. Bapa menangis kudipeluknya kuat kuat, "maafkan bapa,neng.." pak lurah ikut datang, pa ustad nurdin guru ngajiku juga, disusul murni sahabatku senang mendengar aku datang, kami bersama dalam rasa haru yang begitu dalam.
Kujelaskan maksud kedatanganku pada keluarga kalau aku akan bekerja di kantor yang baru di kota itu. semua yang hadir berdecak kagum yang kuingat saat itu pak lurah berkata lirih kagum menatap wajahku dalam-dalam " Neng, kamulah kartini yang akan meneruskan cita-cita luhur pahlawan wanita indonesia, moga-moga kamu betah di sini" aku menunduk malu, aku tak sehebat ibu kartini, yang selalu harum namanya, aku tak sekokoh pendirian ibu emansipasi indonesia itu, aku hanya perempuan desa yang kebetulan bernasib baik, yang mempunyai niat mengangkat derajat keluarga, tapi aku bersyukur pada Allah aku kini menjadi perempuan pertama yang manjadi kepala cabang di daerahku, alhamdulillah hirobbil alamin. (cerita ini hanya cerita hayal, tentang nama dan tempat yang ada di cerita ini hanya kebetulan saja)
Jumat, 09 April 2010
WADON SAJUTA
Sing ati-ati lan mawas diri
Aja kegoda ning segala materi
Wong wadon kudu duwe sajuta
kanggo bekel ning alam dunya
Dudu harta naning istilah
Sajuta ...
Sabar Jujur lan Taat Ibadah
Reff :
Lamon wis duwe laki bener
wong wadon aja sampe keblinger
Lamon lakine gawe salah
Tugas wong wadon dadi pengarah
Lanang wadon sing dadi laki rabi
sing pasti kudu silih ngerteni
harapan besuk bakal bahagia
rumah tangga rukun sentosa
Sing ati-ati lan mawas diri
Aja kegoda ning segala materi
Wong wadon kudu duwe sajuta
kanggo bekel ning alam dunya
Dudu harta naning istilah
Sajuta ...
Sabar Jujur lan Taat Ibadah
Aja kegoda ning segala materi
Wong wadon kudu duwe sajuta
kanggo bekel ning alam dunya
Dudu harta naning istilah
Sajuta ...
Sabar Jujur lan Taat Ibadah
Reff :
Lamon wis duwe laki bener
wong wadon aja sampe keblinger
Lamon lakine gawe salah
Tugas wong wadon dadi pengarah
Lanang wadon sing dadi laki rabi
sing pasti kudu silih ngerteni
harapan besuk bakal bahagia
rumah tangga rukun sentosa
Sing ati-ati lan mawas diri
Aja kegoda ning segala materi
Wong wadon kudu duwe sajuta
kanggo bekel ning alam dunya
Dudu harta naning istilah
Sajuta ...
Sabar Jujur lan Taat Ibadah
Rintik Embun pucuk daun kepuh
Kemana Tuhan waktu itu
Pertama ku gapai erangan darimu
pada puncak gunung kenikmatan semu
hanya senandung tarling menyayat sunyi
Kemana Tuhan waktu itu
rintik embun jatuh di pucuk daun kepuh
benturan gelas berisikan anggur merah
menyaksikan alunan lukisan kembang sakura
kemana Tuhan waktu itu
ketika iblis merayu syahdu menutup
mata hati dan akal jernih
terpesona alunan lukisan kembang sakura
Baru tersentak, hati berisik
menyalahkan akal fikiran yang mati beku
pada gairah semu gubuk bambu yang gelap
alunan kembang sakura masih terdengar
Kemana Tuhan waktu itu
saat hati padam dan otak membeku
adakah yang bisa menyelematkan diri
dari nafsu ke arah jalan setapak sunyi
Maafkan hambamu Tuhan
yang tak bisa menjaga langkah dan lisan
kini telah kutemukan Engkau
jauh dari gemrisik dekat daun kepuh
Pertama ku gapai erangan darimu
pada puncak gunung kenikmatan semu
hanya senandung tarling menyayat sunyi
Kemana Tuhan waktu itu
rintik embun jatuh di pucuk daun kepuh
benturan gelas berisikan anggur merah
menyaksikan alunan lukisan kembang sakura
kemana Tuhan waktu itu
ketika iblis merayu syahdu menutup
mata hati dan akal jernih
terpesona alunan lukisan kembang sakura
Baru tersentak, hati berisik
menyalahkan akal fikiran yang mati beku
pada gairah semu gubuk bambu yang gelap
alunan kembang sakura masih terdengar
Kemana Tuhan waktu itu
saat hati padam dan otak membeku
adakah yang bisa menyelematkan diri
dari nafsu ke arah jalan setapak sunyi
Maafkan hambamu Tuhan
yang tak bisa menjaga langkah dan lisan
kini telah kutemukan Engkau
jauh dari gemrisik dekat daun kepuh
Kamis, 25 Maret 2010
hanya mimpi
hujan yang menyiram sehari
tak mampu menghapus panas setahun
budi yang kau tanam dalam
kini tercabut lewat kebusukanmu
bukankah kau merasa letih
mengapa kau paksa diri ??
jalan dipersimpangan sempit
membuka mata telinga tuk waspada
rindu yang mengharu biru
kugantungan di kastok baju
tak ada rasa lagi tentangmu
budimu hanyalah kamuflase
orang yang lalu lalang
dalam kehidupan kini
semata menambah buram lensa matamu
kau singgah bukan pada persinggahan
apa yang harus terkejar
tertinggal jauh melampaui mimpi
hanya mimpi ya... hanya mimpi
tapi aku sudah tak sendiri lagi
tak mampu menghapus panas setahun
budi yang kau tanam dalam
kini tercabut lewat kebusukanmu
bukankah kau merasa letih
mengapa kau paksa diri ??
jalan dipersimpangan sempit
membuka mata telinga tuk waspada
rindu yang mengharu biru
kugantungan di kastok baju
tak ada rasa lagi tentangmu
budimu hanyalah kamuflase
orang yang lalu lalang
dalam kehidupan kini
semata menambah buram lensa matamu
kau singgah bukan pada persinggahan
apa yang harus terkejar
tertinggal jauh melampaui mimpi
hanya mimpi ya... hanya mimpi
tapi aku sudah tak sendiri lagi
Jumat, 19 Maret 2010
biduk
laju biduk terhambat ombak
selalu meninggalkan kesan susah
angin bertiup kencang
hanya sebuah tantangan
selalu meninggalkan kesan susah
angin bertiup kencang
hanya sebuah tantangan
dik
dik ...
kuingat tawa ceriamu
membahana riang bersenda
pagi siang sore dan malam
kemana kini??
dik ...
seuntai kata ingin terucap
merangkai bunga tak semudah itu
kata demi kata dari lidah kelu
kata apa ??
dik ...
aku ingin kau selalu tertawa
jangan sedih atau sakit
duka nestapa hanya punya orang susah
senangkanlah
dik ...
beribu jarak terhempas
aku tetap akan mendekat
karena kita memang dekat
sampai jauh dan dekat tiada jarak
ingatkanlah
kuingat tawa ceriamu
membahana riang bersenda
pagi siang sore dan malam
kemana kini??
dik ...
seuntai kata ingin terucap
merangkai bunga tak semudah itu
kata demi kata dari lidah kelu
kata apa ??
dik ...
aku ingin kau selalu tertawa
jangan sedih atau sakit
duka nestapa hanya punya orang susah
senangkanlah
dik ...
beribu jarak terhempas
aku tetap akan mendekat
karena kita memang dekat
sampai jauh dan dekat tiada jarak
ingatkanlah
ku kenang rembulan merah
wangi tubuhmu kukenang
aroma kembang cempaka
merona kulit wajahmu kuingat
pesona rembulan merah
rembulan merah yang dulu kugapai
entah menghilang kemana?
hilang diselimuti awan gelap
hanya kisi hati mengigau
memuja yang tak seharusnya dipuja
mengenang yang tak patut dikenang
merindu bukan tempatnya rindu
rembulan merah hanya kenangan
aroma kembang cempaka
merona kulit wajahmu kuingat
pesona rembulan merah
rembulan merah yang dulu kugapai
entah menghilang kemana?
hilang diselimuti awan gelap
hanya kisi hati mengigau
memuja yang tak seharusnya dipuja
mengenang yang tak patut dikenang
merindu bukan tempatnya rindu
rembulan merah hanya kenangan
API CINTA
di bekas abu ada arang cinta
hitam membakar seribu kenangan
pahit getir yang terasa
bercampur dengan sekam membara
di bekas cinta tertinggal duka
entah kenapa harus terpisah
atau karena panas cinta membara
membakar sisa sisa luka
kerinduan pada api
yang pernah menghanguskan cinta
membuat hati mengais sisa abu
bertuliskan akhir cinta
sepeninggal api cinta
kalbu membara menahan rasa
bercinta dengan api yang menghanguskan
bahkan cinta tak bersisa
hitam membakar seribu kenangan
pahit getir yang terasa
bercampur dengan sekam membara
di bekas cinta tertinggal duka
entah kenapa harus terpisah
atau karena panas cinta membara
membakar sisa sisa luka
kerinduan pada api
yang pernah menghanguskan cinta
membuat hati mengais sisa abu
bertuliskan akhir cinta
sepeninggal api cinta
kalbu membara menahan rasa
bercinta dengan api yang menghanguskan
bahkan cinta tak bersisa
Selasa, 23 Februari 2010
ISI PERUT
sambel terasi, nasi uduk, rames
pepes tahu dan nasi padang
masih enak aja masuk ke perut
meskipun bisa panas dalam
baso urat, bubur glintir, kopi susu
rempeyek dan ketoprak
masih enak aja masuk ke perut
meskipun bisa diare
tulang ikan, tulang ayam
tulang sapi dan tulang orang
bisa aja masuk ke perut
meskipun pasti keras
isi dompet, isi kantong, isi rumah
isi pekarangan bahkan isi dunia
semuanya bisa masuk ke perut
karena manusia itu serakah
perut yang hanya sejengkal
bisa menjadi lebar
cuma akal yang cerdas sehat
mencegah perut menelan isi dunia
pepes tahu dan nasi padang
masih enak aja masuk ke perut
meskipun bisa panas dalam
baso urat, bubur glintir, kopi susu
rempeyek dan ketoprak
masih enak aja masuk ke perut
meskipun bisa diare
tulang ikan, tulang ayam
tulang sapi dan tulang orang
bisa aja masuk ke perut
meskipun pasti keras
isi dompet, isi kantong, isi rumah
isi pekarangan bahkan isi dunia
semuanya bisa masuk ke perut
karena manusia itu serakah
perut yang hanya sejengkal
bisa menjadi lebar
cuma akal yang cerdas sehat
mencegah perut menelan isi dunia
ASA
melihat jauh yang begitu dekat
cepat terasa lambat
atau gambaran keputus asaan
tak boleh hanya berpangku tangan
catatan demi catatan tergores
mempropagandakan angan-angan
bahkan siang jadi malam
angan-angan tak semudah asa
berjalan melewati kepingan hari
tanggal, minggu, bulan sampai tahun
masih jalan ditempat
di mana awal terbuka asa
dengan manis apakah terasakan pahit
dengan sakit apakah berubah sehat
dengan senyap apakah berganti gempita
asa masih tertanam dalam, dalam sekali
cepat terasa lambat
atau gambaran keputus asaan
tak boleh hanya berpangku tangan
catatan demi catatan tergores
mempropagandakan angan-angan
bahkan siang jadi malam
angan-angan tak semudah asa
berjalan melewati kepingan hari
tanggal, minggu, bulan sampai tahun
masih jalan ditempat
di mana awal terbuka asa
dengan manis apakah terasakan pahit
dengan sakit apakah berubah sehat
dengan senyap apakah berganti gempita
asa masih tertanam dalam, dalam sekali
Jumat, 12 Februari 2010
BUNTUT BEROKAN
Kedeleng ning pojok lawang
ana prawan disawang
ayune 'ra kejagan
sampe sering kelingan
Buntut buntut berokan
digawe jangan asem
kakang rada pikiran
yen nok ayu'e mesem
reff:
Mangan poci isie santen
poci digawe sing adonan
wa kaji bu kaji coba delengen
anak prawane wis kudu kawinan
Nemu watu bentuke kerang
kerang ditenteng meng karang combong
milih mantu sing kaya reang
wonge ganteng uga bli sombong
buntut buntut berokan
dudu buntute curut
kakang dadi pikiran
yen nok ayu'e mrengut
kembali ke reff..
Sing mesem arane sapa
sing mrengut anake sapa
kakang wis ora tahan
ndeleng prawan ning pojok lawang
buntut buntut berokan
digawe sing kayu jati
kakang keedanan
ning anake wa kaji
Kedeleng ning pojok lawang
ana prawan disawang
ayune 'ra kejagan
sampe sering kelingan
Buntut buntut berokan
digawe jangan asem
kakang rada pikiran
yen nok ayu'e mesem
reff:
Mangan poci isie santen
poci digawe sing adonan
wa kaji bu kaji coba delengen
anak prawane wis kudu kawinan
Nemu watu bentuke kerang
kerang ditenteng meng karang combong
milih mantu sing kaya reang
wonge ganteng uga bli sombong
buntut buntut berokan
dudu buntute curut
kakang dadi pikiran
yen nok ayu'e mrengut
kembali ke reff..
Sing mesem arane sapa
sing mrengut anake sapa
kakang wis ora tahan
ndeleng prawan ning pojok lawang
buntut buntut berokan
digawe sing kayu jati
kakang keedanan
ning anake wa kaji
cintaku
samar kulihat Engkau dalam diam
saat ramai tak jelas sama sekali
aku lupa bentukMu
wahai cintaku mengapa Engkau semenggu
sunyi hatiku tanpaMu
seakan hidup yang sia-sia
nafasMu masih terasa mengendus di kalbu
inikah pertanda aku ini kepunyaanMu
Engkau yang punya segalanya
mengapa tak Kau peluk aku erat
erat sekali dan jangan Kau lepas
selalu berharap tak lepas menyebutMU
cintaku hanya kepadaMu
masihkah ada cintaMu untukku
seperti cintaMu pada yang lain
seperti darah dan urat nadi
samar kulihat Engkau dalam diam
saat ramai tak jelas sama sekali
aku lupa bentukMu
wahai cintaku mengapa Engkau semenggu
sunyi hatiku tanpaMu
seakan hidup yang sia-sia
nafasMu masih terasa mengendus di kalbu
inikah pertanda aku ini kepunyaanMu
Engkau yang punya segalanya
mengapa tak Kau peluk aku erat
erat sekali dan jangan Kau lepas
selalu berharap tak lepas menyebutMU
cintaku hanya kepadaMu
masihkah ada cintaMu untukku
seperti cintaMu pada yang lain
seperti darah dan urat nadi
Kamis, 11 Februari 2010
tanya
Inikah cinta yang kau janjikan???
sebaris kata merayu syahdu
luas bagai laut tak bertepi
dalam seperti sembilu menyayat hati
pertama dan terakhir
selalu berbeda
kemantapan hati terombang ambing
cinta yang semu
akankah cinta melukai cinta lain???
sudah berakhir
onak menancap terlalu dalam
ah . . . cinta semuanya palsu
Inikah cinta yang kau janjikan???
sebaris kata merayu syahdu
luas bagai laut tak bertepi
dalam seperti sembilu menyayat hati
pertama dan terakhir
selalu berbeda
kemantapan hati terombang ambing
cinta yang semu
akankah cinta melukai cinta lain???
sudah berakhir
onak menancap terlalu dalam
ah . . . cinta semuanya palsu
Sang Surya
Ibu itulah sang surya
menerangi hati gelap di lorong terang
menjaga kokohnya tetap tegak berdiri
kemilau amat tak menyilaukan
Ibu itulah sang surya
menghangati dingin biar tetap semangat
kabar baik yang selalu datang
ingin mengabdi entah kapan
Ibu itulah sang surya
kabut hilang karenya
sepi sirna oleh pantulan cahaya
meski malam akan datang
Ayah itulah sang surya
menjaga sinar tetap berpijar
cinta berbalut luka
selalu menggugah kebaikan
Ayah Ibu itulah sang surya
abadi sinarnya buat bumi
akulah bumi itu
tanpa pamrih menghangati menerangi
Ibu itulah sang surya
menerangi hati gelap di lorong terang
menjaga kokohnya tetap tegak berdiri
kemilau amat tak menyilaukan
Ibu itulah sang surya
menghangati dingin biar tetap semangat
kabar baik yang selalu datang
ingin mengabdi entah kapan
Ibu itulah sang surya
kabut hilang karenya
sepi sirna oleh pantulan cahaya
meski malam akan datang
Ayah itulah sang surya
menjaga sinar tetap berpijar
cinta berbalut luka
selalu menggugah kebaikan
Ayah Ibu itulah sang surya
abadi sinarnya buat bumi
akulah bumi itu
tanpa pamrih menghangati menerangi
buat anak2ku
ayah hanya tulang dan nafassebalut kulit menyelimuti darah
hidup yang penuh muslihat
terbanting tulang karenanya
ayah hanyalah petuah
memberi jalan agar terbuka alam
makna kesehajaan dibayar mahal
buat kalian ayah tetap bertahan
ayah hanya setetes keringat
menetes titik demi titik
buat hidup yang semakin lengkap
tak pernah lelah menjaga kalian
ayah hanya cermin
menandakan kebajikan dihati kalian
biar jauh biar dekat
cermin itu tetap jernih buat berkaca
jadikan contoh yang baik
buang jauh sifat yang buruk
kegagalan orang tua kalian
jangan menjadi tangis tak berkesudahan
hidup bukan mimpi
mimpi tetap hidup
biar hidup selalu hidup
jangan banyak mimpi
Langganan:
Postingan (Atom)