Selasa, 20 April 2010

Sebuah buku usang yang hampir penuh berisi tulisan tergeletak di meja, dekat jendela kamar tidur yang setengah terbuka. Angin sepoi-sepoi menyibak lembar demi lembar catatan keperihan hidup yang datang menerpa. Terngiang makian bapa waktu aku pergi ke bandung. Sumpah serapah akan ketidak pedulianku pada keluarga sampai tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Kini aku mempunyai segalanya, kekayaan, keluarga bahkan tinggal tunjuk saja apa yang ku inginkan sebentar akan tersedia.
Air mataku yang menetes di atas buku usang itu mengagetkan aku, masih ingat dalam benakku bapa menyuruhku jadi kuli cuci baju di rumah wak haji membantu ibu yang memang tak bisa berbuat banyak buat membantu bapa menambah penghasilan keluarga. sementara bapa hanya petani penggarap sawah wak haji yang sangat kaya.
Betapa marah bapa waktu aku putuskan untuk sekolah di bandung, aku dianggap penghianat keluarga, ah.. pikiranku masih menerawang jauh.
" astagfirullah" aku terkesiap, foto ibu yang kutaruh di sudut meja tersenggol lengan kiriku. kupandangi foto ibuku yang memang cantik semasa mudanya. cepat-cepat kuambil dan kumasukan ke tas kecilku bersama buku usang catatan harianku.
aku tak boleh berlama-lama karena bosku dikantor mengundangku makan malam.
Memang jabatan yang kini aku sandang cukup membuat karyawati yang lain iri, apalagi gajinya cukup menggiurkan.
Tiba-tiba hpku bergetar, tanda ada sms masuk. Tanpa menunggu lama kubuka sms itu, wah itu dari bos, pikirku.
Ya benar,bos mengirim sms isinya hampir membuat aku kecewa, tapi .. " Neng, malam ini makan malam kita batal, istriku sakit keras, hrs kbwa ke rs maaf, ardi, nanti kutelepon" kata-kata terakhir itu membuat aku segera mengambil inisiatif duluan, kucari nomor bosku dan langsung kupijit. " Ya Assalamu'alaikum" bosku menjawab. aku sedikit gugup karena pak ardi terlihat sangat terburu-buru. "neng nanti kutelepon lagi" bosku kembali menjawab telponku, "gimana pak??" aku sedikit salting, kudekatkan rapat-rapat nokia n73 kepunyaanku ketelingaku, aku tak mau pakai handfree takut kedengaran oranglain." udah gini aja neng, halo..halo" pak ardi meneruskan obrolannya di hp sambil memastikan aku tetap mendengarkan karena agak lama aku melamun. " ya halo, pak..", " iya neng, udah gini aja, besok neng ke kantor pagi-pagi, beresin segala barang-barang karena mulai besok neng jadi kepala cabang di indramayu.." mendengar nama kota itu jantungku berdetak kencang, kota yang meninggalkan kenangan pahit bersama keluargaku dulu " ya, pak terima..kasih" aku sedikit bergumam tanpa sadar kututup hpku menghentikan percakapanku dengan bosku.
15 tahun kota itu ku tinggalkan untuk mencapai cita-cita yang kuinginkan, kupastikan alamat kantor cabang yang baru di indramayu lewat personalia, tanpa pikir panjang kupastikan langkah kakiku menuju honda jazz merah kepunyaanku, rumah yang bertingkat 2 kubeli dengan hasil jerih payahku semasa kuliah sambil bekerja dulu kini harus kutinggalkan menuju kota kelahiranku, ya disana akan kutunjukan pada bapaku bahwa anak petani penggarap sawah pun mampu menjadi kepala kantor cabang perusahaan ternama di indonesia.
Aku ragu-ragu mengetuk pintu rumah berwarna hijau muda itu, 15 tahun sudah rumah itu kutinggalkan tapi tak ada yang berubah, aku sedikit khawatir ketika 2 kali ku ketuk pintu tetap tertutup rapat. Tiba-tiba kulihat seorang anak berumur sekitar kelas 3 sd berteriak-teriak " bu, ada tamu!, pake mobil bagus bu, cepet bu " aku menengok kanan kiri mencari mana yang dipanggil ibu olehnya. Lemas semua tulang-tulangku ketika kulihat sosok ibu, ya dia ibuku yang selalu memberikan kasih sayang untukku, kukejar perempuan tua yang sedang menjemur padi hasil panen di samping pekarangan rumah, kupeluk ibuku walaupun dia terheran-heran menatapku dan hampir tak mengenali siapa aku, sementara tetanggaku berdatangan mendengar jerit histeris dari mulutku tanpa kupedulikan kugoncangkan tubuh ibu yang berpeluhkeringat. "ini neng bu,anak ibu". "Neng..." ibuku menitikkan air mata haru, "mana bapa, bu?" "ayu masuk nok." ibuku tak menjawab pertanyaanku ia menyeretku duduk di kursi lapuk di ruang tamu.
Bapa sudah berdiri di depan pintu, rupanya nanang adiku mengabarkan kedatanganku pada bapak. Bapa menangis kudipeluknya kuat kuat, "maafkan bapa,neng.." pak lurah ikut datang, pa ustad nurdin guru ngajiku juga, disusul murni sahabatku senang mendengar aku datang, kami bersama dalam rasa haru yang begitu dalam.
Kujelaskan maksud kedatanganku pada keluarga kalau aku akan bekerja di kantor yang baru di kota itu. semua yang hadir berdecak kagum yang kuingat saat itu pak lurah berkata lirih kagum menatap wajahku dalam-dalam " Neng, kamulah kartini yang akan meneruskan cita-cita luhur pahlawan wanita indonesia, moga-moga kamu betah di sini" aku menunduk malu, aku tak sehebat ibu kartini, yang selalu harum namanya, aku tak sekokoh pendirian ibu emansipasi indonesia itu, aku hanya perempuan desa yang kebetulan bernasib baik, yang mempunyai niat mengangkat derajat keluarga, tapi aku bersyukur pada Allah aku kini menjadi perempuan pertama yang manjadi kepala cabang di daerahku, alhamdulillah hirobbil alamin. (cerita ini hanya cerita hayal, tentang nama dan tempat yang ada di cerita ini hanya kebetulan saja)

Jumat, 09 April 2010

WADON SAJUTA

Sing ati-ati lan mawas diri
Aja kegoda ning segala materi
Wong wadon kudu duwe sajuta
kanggo bekel ning alam dunya

Dudu harta naning istilah
Sajuta ...
Sabar Jujur lan Taat Ibadah

Reff :
Lamon wis duwe laki bener
wong wadon aja sampe keblinger
Lamon lakine gawe salah
Tugas wong wadon dadi pengarah

Lanang wadon sing dadi laki rabi
sing pasti kudu silih ngerteni
harapan besuk bakal bahagia
rumah tangga rukun sentosa

Sing ati-ati lan mawas diri
Aja kegoda ning segala materi
Wong wadon kudu duwe sajuta
kanggo bekel ning alam dunya

Dudu harta naning istilah
Sajuta ...
Sabar Jujur lan Taat Ibadah

Rintik Embun pucuk daun kepuh

Kemana Tuhan waktu itu
Pertama ku gapai erangan darimu
pada puncak gunung kenikmatan semu
hanya senandung tarling menyayat sunyi

Kemana Tuhan waktu itu
rintik embun jatuh di pucuk daun kepuh
benturan gelas berisikan anggur merah
menyaksikan alunan lukisan kembang sakura

kemana Tuhan waktu itu
ketika iblis merayu syahdu menutup
mata hati dan akal jernih
terpesona alunan lukisan kembang sakura

Baru tersentak, hati berisik
menyalahkan akal fikiran yang mati beku
pada gairah semu gubuk bambu yang gelap
alunan kembang sakura masih terdengar

Kemana Tuhan waktu itu
saat hati padam dan otak membeku
adakah yang bisa menyelematkan diri
dari nafsu ke arah jalan setapak sunyi

Maafkan hambamu Tuhan
yang tak bisa menjaga langkah dan lisan
kini telah kutemukan Engkau
jauh dari gemrisik dekat daun kepuh